Faktor
pendukung dan penghambat penerapan online assesmen di sekolah-sekolah. Meliputi
sarana dan prasarana yang memungkinkan dan menghambat diterapkannya online
assesmen.
Faktor-Faktor
Pendukung Teknologi Informasi Dalam Pendidikan
Teknologi informasi yang merupakan bahan pokok dari e-learning itu sendiri berperan dalam menciptakan pelayanan yang cepat, akurat, teratur, akuntabel dan terpercaya. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi teknologi informasi yaitu:
1. Infrastruktur
2. Sumber Daya Manusia
3. Kebijakan
4. Finansial, dan
5. Konten dan Aplikasi (Soekartawi,2003).
Teknologi informasi yang merupakan bahan pokok dari e-learning itu sendiri berperan dalam menciptakan pelayanan yang cepat, akurat, teratur, akuntabel dan terpercaya. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi teknologi informasi yaitu:
1. Infrastruktur
2. Sumber Daya Manusia
3. Kebijakan
4. Finansial, dan
5. Konten dan Aplikasi (Soekartawi,2003).
Maksud dari faktor diatas adalah agar teknologi
informasi dapat berkembang dengan pesat , pertama
dibutuhkan infrastruktur yang memungkinkan akses informasi di manapun dengan
kecepatan yang mencukupi. Infrastruktur yang
dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran berbasis TIK meliputi
Komputer Server, Intranet, Akses Internet, dan Komputer Client untuk pendidik
dan peserta didik.
Kedua, faktor SDM menuntut ketersediaan
human brain yang menguasai teknologi tinggi. Ketiga, faktor kebijakan menuntut adanya kebijakan berskala makro
dan mikro yang berpihak pada pengembangan teknologi informasi jangka panjang.
Keempat, faktor finansial membutuhkan
adanya sikap positif dari bank dan lembaga keuangan lain untuk menyokong
industri teknologi informasi.
Kelima, faktor konten dan aplikasi
menuntut adanya informasi yang disampai pada orang, tempat, dan waktu yang
tepat serta ketersediaan aplikasi untuk menyampaikan konten tersebut dengan
nyaman pada penggunanya.
E-learning yang merupakan salah satu produk teknologi informasi tentu juga memiliki faktor pendukung dalam terciptanya pendidikan yang bermutu, adapun faktor-faktor tersebut; Pertama, harus ada kebijakan sebagai payung yang antara lain mencakup sistem pembiayaan dan arah pengembangan.
Kedua, pengembangan isi atau materi, misalnya kurikulum harus berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
E-learning yang merupakan salah satu produk teknologi informasi tentu juga memiliki faktor pendukung dalam terciptanya pendidikan yang bermutu, adapun faktor-faktor tersebut; Pertama, harus ada kebijakan sebagai payung yang antara lain mencakup sistem pembiayaan dan arah pengembangan.
Kedua, pengembangan isi atau materi, misalnya kurikulum harus berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
Ketiga, persiapan tenaga pengajar, dan terakhir,
penyediaan perangkat kerasnya.
Aplikasi Penunjang Pembelajaran Berbasis TIK dimaksudkan program komputer yang dirancang untukmenjalankan aturan dan tatakelola pembelajaran berbasis TIK yang dilaksanakan di sekolah. Aplikasi komputer tersebut sering disebut dengan nama Learning Management System (LMS). Karakteristik dasar LMS adalah:
1.
Memberikan layanan student self service, artinya seluruh warga belajar dalam
pembelajaran
berbasis
TIK ini dapat melayani dirinya sendiri ketika ingin menjalani aktivitas belajar.
2.
Memberikan layanan online learning, artinya seluruh bahan ajar yang disiapkan
oleh pendidik dapat diakses oleh peserta didik secara online melalui jalur
internet maupun intranet.
3.
Memberikan layanan online assessment, artinya peserta didik yang telah
melakukan
pembelajaran
secara online dapat mengetahui apakah dirinya telah menguasai materi
pembelajaran
onlinenya dengan cara mengikuti layanan assessment secara online.
4.
Memberikan layanan collaborative learning, artinya aplikasi menyediakan layanan
kolaborasi
pembelajaran
antara pendidik dengan pendidik, pendidik dan peserta didik, maupun antar
peserta
didik.
5.
Menyediakan layanan training resources management, artinya menyediakan layanan
pengelolaan
sumber daya pelatihan secara terkomputerisasi.
LMS
juga harus bersifat open system, maksudnya sistem tersebut dapat diintegrasikan
dengan sistem lain.
Aplikasi
dengan karakteristik di atas tidak difungsikan sebagai pengganti pelaksanaan
pembelajaran
tatap muka di dalam kelas. Walaupun layanan yang diberikan serupa, seluruh
layanan
aplikasi ini bersifat pengayaan atas materi pembelajaran tatap muka di dalam
kelas.
Dari
karakteristik dasar di atas, dapat dikembangkan fitur-fitur layanan aplikasi
sebagai berikut:
1.
Sharing material, konten pembelajaran yang dikembangkan pendidik dapat dengan
mudah
sampai
ke tangan pendidik lain dan peserta didik.
2.
Forum dan Chat, adalah fitur komunikasi antara pendidik dengan peserta didik.
Forum sifat
komunikasinya
tidak interaktif sedangkan chat bersifat interaktif.
3.
Latihan soal, adalah fitur LMS yang memungkinkan peserta didik untuk mengetahui
tingkat
pemahaman
mereka atas bahan ajar yang dipelajari.
4.
Recording Grades, adalah fitur aplikasi yang mampu melacak dan mengelola nilai
peserta didik sesuai dengan konfigurasi yang dilakukan oleh pendidik.
5.
Recording log, adalah fitur aplikasi untuk mereka log semua kegiatan peserta
didik.
Fitur-fitur
lain dapat dikembangkan oleh masing-masing sekolah sepanjang tidak menyimpang
dari karakteristik dasar Learning Management System.
Masalah Dan Hambatan
Dalam Penggunaan Teknologi Informasi
Seperti teknologi lain yang telah hadir ke muka bumi ini, TI juga hadir dengan dialektika. Selain membawa banyak potensi manfaat, kehadiran TI juga dapat membawa masalah. Khususnya Internet, penyebaran informasi yang tidak mungkin terkendalikan telah membuka akses terhadap informasi yang tidak bermanfaat dan merusak moral. Karenanya, penyiapan etika siswa juga perlu dilakukan. Etika yang terinternalinasi dalam jiwa siswa adalah firewall
terkuat dalam menghadang serangan informasi yang tidak berguna.
Masalah lain yang muncul terkait asimetri akses; akses yang tidak merata. Hal ini akan menjadikan kesenjangan digital (digital divide) semakin lebar antara siswa atau sekolah dengan dukungan sumberdaya yang kuat dengan siswa atau sekolah dengan sumberdaya yang terbatas. Jika hanya sekolah swasta yang dianalisis, kesenjangan ini menjadi sangat tinggi. Minimal, hal ini memberikan sinyal adanya kesenjangan digital antar kelompok dalam masyarakat, baik dikategorikan menurut lokasi geografis maupun tingkat ekonomi.
Hambatan lain juga dituunjukkan dari kesadaran dalam pemanfaatan TI dalam proses pembelajaran masih sangat rendah. Tulisan singkat ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait dengan
a. bagaimana seharusnya kita memandang TI, termasuk potensi apa yang ditawarkan oleh TI; dan
b. bagaimana peran TI dalam modernisasi/reformasi pendidikan.Untuk masalah kesenjangan ini, semua pihak (e.g. pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dunia pendidikan, dan industri) dapat mulai memikirkan program untuk meningkatkan dan memeratakan akses terhadap teknologi informasi di dunia pendidikan.
Program yang difasilitasi oleh Sekolah2000 (www.sekolah2000.or.id) dengan membagikan komputer layak pakai ke sekolah-sekolah adalah sebuah contoh menarik. Tentu saja program seperti ini harus diikuti dengan penyiapan infrastruktur lain seperti listrik dan telepon. Pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan melek (literacy) TI juga pintu masuk lain yang perlu dipikirkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap potensi TI, yang pada akhirnya diharapkan meningkatkan kesadaran (awareness). Tanpa awareness, pemanfaatan TI tidak optimal, dan yang lebih mengkhawatirkan lagi sulit untuk berkelanjutan (sustainable). Dalah kaitan ini, program untuk peningkatan awareness yang berkelanjutan seperti pendidikan berkelanjutan lewat berbagai media (e.g. pelatihan konvensional dan media massa) dan lomba website sekolah (seperti yang diadakan oleh Sekolah2000 setiap tahun) merupakan sebuah alternatif yang perlu dipikirkan (www.sekolah200.co.id)
Seperti teknologi lain yang telah hadir ke muka bumi ini, TI juga hadir dengan dialektika. Selain membawa banyak potensi manfaat, kehadiran TI juga dapat membawa masalah. Khususnya Internet, penyebaran informasi yang tidak mungkin terkendalikan telah membuka akses terhadap informasi yang tidak bermanfaat dan merusak moral. Karenanya, penyiapan etika siswa juga perlu dilakukan. Etika yang terinternalinasi dalam jiwa siswa adalah firewall
terkuat dalam menghadang serangan informasi yang tidak berguna.
Masalah lain yang muncul terkait asimetri akses; akses yang tidak merata. Hal ini akan menjadikan kesenjangan digital (digital divide) semakin lebar antara siswa atau sekolah dengan dukungan sumberdaya yang kuat dengan siswa atau sekolah dengan sumberdaya yang terbatas. Jika hanya sekolah swasta yang dianalisis, kesenjangan ini menjadi sangat tinggi. Minimal, hal ini memberikan sinyal adanya kesenjangan digital antar kelompok dalam masyarakat, baik dikategorikan menurut lokasi geografis maupun tingkat ekonomi.
Hambatan lain juga dituunjukkan dari kesadaran dalam pemanfaatan TI dalam proses pembelajaran masih sangat rendah. Tulisan singkat ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait dengan
a. bagaimana seharusnya kita memandang TI, termasuk potensi apa yang ditawarkan oleh TI; dan
b. bagaimana peran TI dalam modernisasi/reformasi pendidikan.Untuk masalah kesenjangan ini, semua pihak (e.g. pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dunia pendidikan, dan industri) dapat mulai memikirkan program untuk meningkatkan dan memeratakan akses terhadap teknologi informasi di dunia pendidikan.
Program yang difasilitasi oleh Sekolah2000 (www.sekolah2000.or.id) dengan membagikan komputer layak pakai ke sekolah-sekolah adalah sebuah contoh menarik. Tentu saja program seperti ini harus diikuti dengan penyiapan infrastruktur lain seperti listrik dan telepon. Pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan melek (literacy) TI juga pintu masuk lain yang perlu dipikirkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap potensi TI, yang pada akhirnya diharapkan meningkatkan kesadaran (awareness). Tanpa awareness, pemanfaatan TI tidak optimal, dan yang lebih mengkhawatirkan lagi sulit untuk berkelanjutan (sustainable). Dalah kaitan ini, program untuk peningkatan awareness yang berkelanjutan seperti pendidikan berkelanjutan lewat berbagai media (e.g. pelatihan konvensional dan media massa) dan lomba website sekolah (seperti yang diadakan oleh Sekolah2000 setiap tahun) merupakan sebuah alternatif yang perlu dipikirkan (www.sekolah200.co.id)
Sebutkan secara detil sumber:
BalasHapusSoekartawi, 2003
Sekolah2000
lebih dilengkapi lagi materinya dan sumbernya ..
BalasHapus