Disusun oleh:
Kelompok 5a7
Ermila
Rustiani (1010251008)
Vebry
Nurhandoko (1010251009)
Ara Tungga Brian T
(1010251020)
Heryanto C H (1010251027)
Ahmad Alifi Romzi (1010251039)
sekolah-sekolah
- 2.1 Masa Depan Online Asesmen di sekolah - sekolah
Sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan maka
dapat ditempuh melalui berbagai
cara. Antara lain dengan menyempurnakan proses pembelajaran yang telah dilakukan. Oleh karena itu seorang guru harus mengevaluasi pembelajarannya sehingga mengetahui perubahan apa yang harus dilakukan. Siwa dan guru
merupakano rang yang
terlibat dalam proses pembelajaran, sehingga keduanya juga perlu mengetahui proses dan hasil kegiatan pembelajaran. Untuk menyediakan
informasi tentang baik
buruknya proses dan hasil kegiatan pembelajaran maka seorang guru harus menyelenggarakan evaluasi. Evaluasi merupakan salah satu kegiatan
utama yang harus dilakukan oleh seorang
guru dalam kegiatan pembelajaran. Evaluasi juga merupakan salah satu komponen
sistem pembelajaran/pendidikan.hal ini berarti evaluasi merupakan kegiatan yang
tidak dapat terelakkan dalam setiap kegiatan/proses
pembelajaran. Dengan kata lain kegiatan evaluasi (baik evaluasi proses maupun hasil belajar) merupakan bagian integral yang tidak dapat
terpisahkan dari
kegiatan pembelajaran/pendidikan. Evaluasi dalam proses pembelajaran tidak boleh terpisah antara siswa dan guru (popham & baker, 2005:112).
Kegiatan evaluasi yang
dilakukan oleh guru mencakup evaluasi hasil belajar dan evaluasi pembelajaran sekaligus. Guru harus bisa membedakan mana kegiatan evaluasi pembelajaran
dan evaluasi hasil belajar. Menurut
dimyati dan mudjiono (2006: 190) evaluasi pembelajaran
merupakan proses sistematis untuk memperoleh informasi tentang keefektifan proses pembelajaran dalam membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Sedangkan evaluasi hasil belajar menekankan
pada diperolehnya informasi tentang
seberapakah perolehan siswa dalam mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan. Dengan demikian evaluasi pembelajaran menekankan baik buruknya proses dari kegiatan pembelajaran, sedangkan evaluasi hasil
belajar menekankan
baik buruknya hasil dari kegiatan pembelajaran. Berkaitan dengan evaluasi
pembelajaran terdapat beberapa istilah yang saling berkaitan satu sama lain yaitu pengukuran, penilaian, asesmen dan evaluasi
itu sendiri.a. Pengertian pengukuran, penilaian dan asesmen pussisjian (1996)
seperti yang dikutip budyono (2002: 2) menyatakan terdapat tiga istilah yang
sering dipakai dalam penilaian di bidang pendidikan yaitu pengukuran, evaluasi,
dan pengambilan keputusan. Pengukuran adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan
informasi atau data secara kuantitatif. Penilaian adalah kegiatan apakah suatu
program telah berhasil dan efisien, sedangkan pengambilan keputusan atau kebijakan adalah tindakan yang diambil
seseorangatau lembaga berdasarkan data atau informasi yang telah diperoleh.
Penilaian biasanya memerlukan data yang dapat diandalkan kualitasnya,dan salah
satu sumbernya adalah dari pengukuran (yang sering dilakukan melaluites).
Paling tidak ada dua hal yang dinilai yaitu: tingkat keberhasilan dan efisiensi program, yang selanjutnya dapat dipakai untuk pertanggungjawaban dan
maupununtuk pengambilan keputusan, khususnya di bidang perencanaan. Menurut
suharsimi arikunto (1997: 1-7), dalam kehidupan sehari-hari terkadang kita tidak menyadari bahwa telah melakukan penilaian dan
pengukuran.dari peristiwa ini maka memunculkan tiga istilah yaitu: pengukuran,
penilaian danevaluasi. Sebagaian orang mengartikan ke 3 istilah ini sama. Untuk
memahami persamaan,
perbedaan atau hubungan antara ketiganya dapat dipahami contohberikut :1.
Apabila ada org yg akan memberikan sebatang pensil kepada kita, dan kita
disuruh memilih antara dua pensil yang tidak sama panjang, maka kita akan
memilih yang panjang dan tidak memilih yg pendek, kecuali ada alasan
tertentu.2. Pasar merupakan tempat orang jual-beli. Sebelum menentukan barang
yang akan dibelinya, seseorang akan memilih dahulu mana barang yg lebih
"baik" menurut ukurannya. Apabila ingin membeli jeruk maka dipilih
jeruk yang besar, kuning, dan kulitnya halus. Semuanya itu dipertimbangkan
karena menurut pengalaman sebelumnya, jeruk yang demikian adalah manis. Dari
contoh di atas dapat disimpulkan bahwa, sebelum kita menentukan pilihan, kita menentukan penilaian. Untuk dapat mengadakan penilaian
kitamengadakan pengukuran terlebih dahulu yaitu membandingkan. Dua
langkahkegiatan yang dilalui sebelum kita mengambil keputusan itulah disebut
evaluasikita tidak dapat mengadakan penilaian sebelum kita mengadakan
pengukuran. Jadi mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu
ukuran.pengukuran bersifat kuantitatif. Menilai adalah mengambil suatu
keputusan terhadap
sesuatu dg ukuran baik - buruk. Penilaian bersifat kualitatif. Evaluasi adalah
kegiatan mengukur kemidian menilai. Penilaian dalam bidang pendidikanadalah
kegiatan menilai yang terjadi dalam kegiatan pendidikan. Depdiknas
(2004:11-12); edi hendri mulyana (2005) dan akhmad sudrajat(2008); menyatakan
bahwa banyak orang mencampuradukkan pengertian antaraevaluasi, pengukuran (measurement),
tes, dan penilaian (assessment),padahal keempatnya memiliki pengertian yang
berbeda, di mana: evaluasi adalah
kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah
direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula
untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan
keputusan nilai (value judgement). Esensi dari evaluasi yakni memberikan
informasi bagi kepentingan pengambilan keputusan. Di bidang pendidikan, kita
dapat melakukan evaluasi terhadap kurikulum baru, suatu kebijakan pendidikan,
sumber belajar tertentu, atau etos kerja guru.2. Pengukuran (measurement)
adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari
suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik
tertentu.3. Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan
penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh
mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian
kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa
hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.hasil penilaian dapat berupa
nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif
(berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan
nilai kuantitatif tersebut.4. Tes adalah cara penilaian yang dirancang dan
dilaksanakan kepada peserta didik pada waktu dan tempat tertentu serta dalam
kondisi yang memenuhi syarat- syarat tertentu yang jelas. Yansen marpaung
(2002:8) mengutip pendapat hart (1974) yang menyatakan perlu dibedakan antara asesmen, evaluasi, dan tes. Asesmen merupakan proses pengumpulan informasi atau data tentang siswa,
evaluasimerupakan proses interpretasi dan penilaian informasi atau data yang
diperolehlewat asesmen, sedangkan tes hanyalah salah satu bentuk asesmen
saja.asesmen akan mempunyai arti bila data yang diperoleh diinterpretasi.
Evaluasihanya dapat dilakukan bila asesmen telah dilaksanakan. Menurut safari
(2008: 2-3) ada beberapa pengertian tentang penilaian dalamktsp yaitu:
pengukuran (measurement), penilaian (evaluation), dan penilaian(assesment):1.
Pengukuran (measurement) adalah kegiatan untuk mendapatkan informasi secara
kuantitatif atau dengan kata lain merupakan prosedur untuk menentukan skor
siswa.2. Penilaian (evaluation) : kegiatan untuk mengetahui apakah suatu
program telah berhasil secara efektif atau tidak. Artinya penilaian merupakan
kegiatan untuk 3 memperoleh informasi tentang pencapaian
dan kemajuan belajar siswa dan mengefektifkan penggunaan informasi tsbt utk
mencapai tujuan pendidikan.3. Penilaian (assesment): adalah penggunaan teknik
penilaian (tes tertulis, lisan/wawancara, perbuatan/praktik,
observasi/pengamatan) untuk memperoleh informasi tentang kemampuan siswa.
Sarwiji suwandi (2008: 15-16) menyatakan beberapa pengertian sebagaiberikut:1.
Penilaian adalah suatu proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil dari
suatu program kegiatan, telah sesuai dengan tujuan dan kriteria yang telah
ditetapkan. Penilaian dapat dilakukan secara tepat jika data yang berkaitan
dengan obyek penilaian. Untuk memperoleh data tersebut diperlukan alat
penilaian yang berupa pengukuran. Penilaian dan pengukuran merupakan dua
kegiatan yang saling berkaitan.2. Penilaian berurusan dengan aspek kualitatif
dan kuantitatif, sedangkan pengukuran selalu berkaitan dengan aspek
kuantitatif. Aspek kuantitatif dalam penilaian diperoleh melalui kegiatan
pengukuran, sedangkan aspek kualitatifnya berupa antara lain penafsiran dan
pertimbangan terhadap data kuantitatif hasil pengukuran tersebut. Dengan
demikian penilaian sangat membutuhkan data yang diperoleh dari pengukuran.
Tanpa adanya data yang berupa informasi itu hamper tak mungkin dilakukan
kegiatan penilaian yang berupa pertimbangab terhadap suatu hal.3. Di lain pihak
kegiatan pengukuran pun memerlukan penilaian. Apa tujuan pengukuran dan apa
atau bagaimana criteria keberhasilannya adalah hal-hal yang menunjukkan
keterkaitan pengukuran dan penilaian. Adanya tujuan yang jelas dan criteria tertentu
merupakan bagian tak terpisahkan dari kegiatan penilaian. Dengan kata lain,
kegiatan pengukuran baru mempunyai arti setelah dikaitkan dengan tujuan
penilaian.4. Evaluasi menurut depdiknas (2002) adalah penilaian keseluruhan
program pendidikan termasuk perencanaan suatu program substansi pendidikan
termasuk kurikulum dan penilaian (assessment) dan pelaksanaannya, pengadaan dan
peningkatan kemampuan guru, pengelolaan (manajemen) pendidikan, dan reformasi
pendidikan secara keseluruhan. Dengan demikian jelaslah bahwa penilaian
merupakan bagian dari evaluasi pendidikan. Suyono (2008) menyampaikan beberapa
istilah berikut:1. Asesmen (assessment) adalah seluruh proses untuk
mengumpulkan informasi terkait dengan kemajuan proses dan hasil belajar siswa.
Dengan demikian, tes (test) termasuk instrumen asesmen. Panduan pengamatan atau
wawancara
- 2.2 Harapan Penerapan Online Asesmen
Untuk
melihat bagaimana kemampuan siswa memecahkan masalah juga termasuk instrumen
asesmen pelaksanaan berbagai jenis tes atau nontes termasuk wilayah asesmen,
yakni bagian dari proses mengumpulkan informasi untuk mengetahui kemajuan
proses dan hasil belajar.2. Lembar jawaban siswa, catatan pengamatan, rekaman
hasil wawacara, karya ilmiah yang dihasilkan siswa akan dibaca dan dicermati
guru dan pada akhirnya diberi skor. Proses memberi skor terhadap hasil tes,
atau proses memberi skor terhadap hasil pengamatan atau wawancara semua itu
termasuk kegiatan pengukuran (measurement).3. Dalam rentang waktu tertentu,
misalnya satu semester, siswa mempunyai kumpulan skor. Ada skor yang diperoleh
melalui tes (pilihan ganda atau bentuk lainnya), dan ada pula skor yang
diperoleh dari karangan atau tulisan. Mungkin ada pula skor yang dihasilkan
dari catatan atau rekaman guru dalam proses belajar-mengajar sehari, misalnya
kemampuan siswa dalam mengajukan atau menjawab pertanyaan. Siswa juga masih
memiliki skor hasil pengerjaan tugas- tugas harian. Semua skor tadi kemudian
diolah dengan menggunakan rumus tertentu untuk menentukan nilai akhir semester.
Proses menentukan nilai akhir siswa dengan memanfaatkan rumus tertentu dari
skor-skor yang diperoleh siswa itulah yang disebut penilaian (evaluation3).
Sampai di sini siswa telah memperoleh nilai akhir semester yang biasanya
dicantumkan dalam buku laporan pendidikan.4. Setelah mengetahui nilai akhir
semua siswanya, guru merenung. Dalam perenungan itu, dalam pikiran guru timbul
beberapa pertanyaan, misalnya: sudah berusaha keras, mengapa sebagian besar
siswanya memperoleh nilai rendah? Padahal guru bersungguh-sungguh dalam
mengajar mengapa hasil belajar siswa juga belum memuaskan? Mengapa semua itu
terjadi? Untuk waktu yang akan datang, langkah apa yang sebaiknya saya lakukan?
Perlukah saya mengubah cara penyajian pembelajaran? Perlukah saya memberi jam
pelajaran tambahan? Atau perlukah saya mengedril siswa pada saat menjelang
ujian semesteran? Seluruh pertanyaan yang muncul dalam diri guru selama
kegiatan perenungan itu semua termasuk contoh kegiatan evaluasi pembelajaran
(evaluation4). Selain beberapa pengertian di atas, masih terdapat beberapa pengertian
antara lain mohammad sholeh (1998: 26) menyatakan bahwa penilaian adalah bagian
integral (terpadu) dari pengajaran. Di samping mengajar, guru juga perlu
melakukan penjajagan (assesment) sejauh mana pengetahuan itu telah terbentuk
dalam otak siswa. Tanpa penjajagan ini guru tidak dapat memberikan 5
pertolongan lebih lanjut. Sedangkan istilah penilaian yang disampaikan national
council of teacher mathematics (nctm) dalam standar penilaian (assesment
standars) adalah ”proses mengumpulkan keterangan mengenai pengetahuan siswa,
kecakapan menggunakan, dan watak atau sikap terhadap matematika dan proses
membuat kesimpulan dari bukti-bukti tersebut untuk berbagai kepentingan (van de
walle, 2008: 80). Dalam peraturan menteri pendidikan nasional no 20 tahun 2007
menyatakan bahwa penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik..b. Peran
pengukuran, penilaian dan asesmen dalam pembelajaran matematika. Matematika
merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern,
mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya
pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dewasa ini juga
dilandasi oleh perkembangan matematika. Dengan demikian pelajaran matematika
perlu diberikan kepada semua peserta didik sejak dini untuk membekali peserta
didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, dan sistematis, kritis kreatif
dan kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik
dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi
untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan
kompetitif. Yaniawati, (2003) menyebutkan dalam jurnal nctm ditekankan
pentingnya melek matematika (mathematical literacy) yaitu: belajar untuk
berkomunikasi (mathematical communication), belajar untuk bernalar
(mathematical reasoning), belajar untuk memecahkan masalah (mathematical
problem solving), belajar untuk mengkaitkan ide (mathematical connections), dan
membentuk sikap positif terhadap matematika (positive attitudes toward
mathematics). Nampak bahwa semua aspek kemampuan siswa (kognitif, afektif, dan
psikomotor) termuat dalam tujuan tersebut. Untuk itu dalam proses pembelajaran
maupun penilaiannya harus mencerminkan ketiga aspek perkembangan anak tersebut,
dan kompetensi- kompetensi yang harus dicapai siswa agar kualitas pendidikan
meningkat. Usaha peningkatan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui
kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaiannya. Keduanya saling terkait
, system pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik.
Kualitas pembelajarannya ini dapat dilihat dari kualitas penilaiannya
selanjutnya sistem penilaian yang baik akan mendorong guru untuk menentukan strategi
mengajar. Dan memotivasi siswa dengan baik. Penilaian merupakan suatu kegiatan
yangharus dilakukan oleh guru sebagai bagian dan sistem pengajaran
yangdirencanakan dan diimplementasikan di kelas. Komponen-komponen
pokokpenilaian meliputi pengumpulan informasi , interpretasi terhadap informasi
yangtelah dikumpulkan dan pengambilan keputusan. Ketiga komponen itu saling
kait-mengait satu sama lainnya, dan sebelum melakukannya guru harus
menentukanatau merumuskan tujuan penilaian. Oleh karena itu masing-masing
pengertian dalam
penilaian sangat berperan dalam pembelajaran. Pentingnya penilaian dalam
pembelajaran menurut baxter (1976) dikutipsarwiji suwandi (2008: 16-17) adalah
untuk:1. Membandingkan siswa satu dengan siswa lainnya;2. Mengetahui apakah
para siswa memenuhi standar tertentu,3. Membantu kegiatan pembelajaran siswa.
Guru perlu menilai pada bagian
2.3 Fakta pendukung penerapan online assessment di sekolah – sekolah
1.
Pengertian, fungsi dan
pentingnya penggunaan assessment
Menurut
boud (zulrahman, 2007) assessment adalah keterlibatan pelajar dalam
mengidentifikasi kriteria atau standar untuk diterapkan dalam belajar dan
membuat keputusan mengenai pencapaian kriteria dan standar tersebut. Dari
definisi tersebut terdapat beberapa poin penting dalam assessment yaitu
melibatkan siswa, pengidentifikasian kriteria penilaian, dan pembuatan
keputusan (judgement berdasarkan penilaian). Dengan kata lain assessment
adalah sebuah proses dimana pelajar memiliki tanggung jawab untuk menilai
hasil belajarnya sendiri.
Menurut
burgess (2001) keuntungan dari assessment, adalah:
ü Membantu
siswa menjadi lebih kritis mengenai hasil kerjanya
ü Membantu
siswa dalam pekerjaanya
ü Membantu
siswa untuk mendiskusikan kualitasp
Pekerjaannya
menjadikannya sebagai bukti dari proses penilaian. Menurut zulharman (2007), assessment
dapat digunakan untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan menilai
dan mengkritisi proses dan hasil belajarnya (penilaian formatif), membantu
siswa menentukan kriteria untuk menilai hasil belajarnya, dan sebagai syarat
yang diperlukan dalam sebuah proses pembelajaran untuk memutuskan kelulusan
(penilaian sumatif).
Dalam
pelaksanaannya assessment lebih sering digunakan sebagai penilaian
formatif. Walaupun tidak menutup kemungkinan digunakan sebagai penilaian
sumatif (zulrahman, 2007). Hal ini disebabkan masih banyaknya perdebatan
validitas dan reliabilitas assessment jika digunakan sebagai penilaian
sumatif (orpen; arnold et al; boud dalam zulrahman, 2007).
Menurut isaacs (2006), assessment dapat digunakan untuk beberapa hal
berikut:
a. Membantu
mengembangkan kemampuan siswa dalam menilai pekerjaannya sendiri dan menentukan
kriteria penilaian yang akan digunakan secara kritis serta mengaplikasikan
kriteria penilaian tersebut setelah dinegoisasikan bersama guru.
b. Membantu
siswa dalam meningkatkan mutu belajarnya dengan melihat kekurangan dan
kelebihan pada proses dan hasil belajar sebelumnya.
c. Sebagai
salah satu cara untuk memberikan umpan balik atau pekerjaan siswa tanpa
membebani pekerjaan guru.
d. Sebagai
salah satu cara menentukan nilai atau tingkatan kemampuan siswa untuk tujuan
sumatif.
Falchikov
(orsmond, 2004) mengungkapkan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam tahap
persiapan yaitu:
a. Menentukan
variabel terikat yang akan diidentifikasi dan pengukuran manfaat yang dapat
diperoleh untuk suatu pembelajaran. Penentuan variabel tersebut sangat penting
untuk mengevaluasi prosedur pada tahap selanjutnya (falchikov dalam orsmond,
2004).
b. Siswa
membutuhkan pelatihan dalam melakukan asesmen.
c. Informasi
yang dibutuhkan diberikan baik secara lisan maupun tulisan. Pastikan bahwa
siswa mengerti dan mengenal semua dokumen yang akan digunakan seperti lembar
evaluasi serta memiliki kesempatan untuk bertanya, klarifikasi, dan memantau
semua bahan.
d. Yang
terpenting lagi pada tahap ini adalah menjelaskan alasan menggunakan assessment.
Buatlah perencanaan yang lebih matang dan mudah untuk dipahami. Jika siswa
memiliki motivasi maka mereka akan lebih terdorong untuk mengerjakan tugas-tugas
dalam penilaian.
e. Terutama
sekali bagi siswa yang baru mengenal penilaian diri, diskusikan hal-hal yang
berkaitan dengan keadilan dan penyimpangan yang sering terjadi pada penilaian.
f. Lakukan
pendekatan agar self assessment dapat berjalan tertib dan terkendali.
g. Kriteria
penelitian dapat membantu siswa dalam melakukan penilaian. Meskipun demikian,
terkadang ada beberapa siswa yang berlebihan atau rendah diri dalam memberikan
nilai. Menurut adam & king (orsmond, 2004), siswa perlu diberi tahu mengenai
konsekuensi dari penggunaan asesmen jenis ini. Race (2001) menganjurkan adanya
moderasi hasil penilaian oleh guru.
Prinsip assesmen
Prinsip yang senantiasa kami
terapkan dalam setiap pelaksanaan assessment
meliputi:
1. Accuracy
Memperhatikan ketepatan detail baik
metode maupun laporan, serta memastikan hanya kandidat yang sesuai dengan
kualifikasi yang akan direkomendasi kepada perusahaan.
2. Confidentiality
Menjamin kerahasiaan hasil
pemeriksaan dengan memastikan data hanya disampaikan kepada pihak yang
berkepentingan.
3. Validity
Menggunakan tools yang mengukur
aspek yang dipersyaratkan bagi kandidat sesuai
dengan karakteristik pekerjaan dan perusahaan.
4. Independency
Memastikan hasil pemeriksaan yang
memenuhi kualifikasi yang direkomendasikan, bebas dari pengaruh pihak manapun juga.
5. Innovation
Senantiasa menggunakan tools
terkini untuk memastikan kecepatan dan keakuratan proses penilaian terhadap
kandidat.
E-recruitment
Kecepatan internet dalam menyebar
dan mengumpulkan data merupakan hal yang mutlak dalam era teknologi informasi.
Oleh karena itu, divisi assessment mengenalkan e-recruitment yang merupakan layanan rekrutmen berbasis
web yang memudahkan dalam memperoleh calon tenaga kerja dalam waktu singkat
secara cepat dan akurat.
Alasan
perlunya memilih e-recruitment:
ü Web
based
ü Efficient
ü Objective
ü Actual
ü Transparent
Selection
& placement
Metode yang kami gunakan pada
proses selection & placement terdiri dari:
ü Psychological
testing & inventory
ü Case
study
ü Presentation
ü Group
discussion/ leaderless group discussion
ü Competency
based interview
Psychological
testing
Tes psikologis yang dilaksanakan
secara klasikal dan merupakan paper and pencil based test. Dengan pengolahan data yang
computerized menggunakan scanner sehingga memungkinan untuk mengolah banyak
data dalam waktu yang singkat.
Case
study
Mempelajari kasus, menganalisis,
dan mengelompokkan permasalahan dan mencari jalan keluar yang tepat dan
menentukan tindak lanjut.
Menyampaikan ide dan hasil analisa
kepada audiens menggunakan media pendukung presentasi yang up to date serta
ruangan yang nyaman dan memungkinkan terlaksananya proses presentasi yang
interaktif.
Group
discussion/ leaderless group discussion
Diskusi antar peserta assessment,
menganalisa informasi dan proses kerjasama kelompok untuk memecahkan suatu
permasalahan.
Competency
based interview
Wawancara mendalam (in-depth
interview) bertujuan mencari fakta (evidence) yang mendukung kompetensi yang
dimiliki serta mengklarifikasi data/informasi yang diperoleh dari
proses/aktivitas sebelumnya.
2.4 data pendukung penerapan online assessment di sekolah – sekolah
A.
Data primer
data primer pendukung penilaian secara online
antara lain :
1. Data
yang akan diteliti (siswa,penduduk,barang,dsb)
2. Data
jumlah pendidik dan tenaga kependidikan yang mengurusi kegiatan assesment.
3. Data
bermacam komponen penilaian yang digunakan di dalam suatu sekolah.
4. Data
induk berbagai bentuk perubahan kurikulum,rencana pembelajaran dan strategi
pembelajaran di dalam sekolah.
B.
Data sekunder
data sekunder pendukung penilaian secara
online antara lain :
1. Data
jumlah sarana dan prasarana sekolah.
2. Data
kapasitas dan kekuatan koneksi internet di dalam sekolah.
3. Data
daya ranah dari browser yang digunakan sebagai komponen penilaian.
4. Data
kekuatan internal komputer sekolah untuk melakukan penilaian.
5. Data
mgmp dan plpg setiap waktunya untuk evaluasi siswa.
C.
Data pendukung
data pendukung penilaian secara online antara
lain :
1. Data
statistik perkembangan hasil penilaian siswa tiap kelasnya
2. Data
frekuensi kemampuan dasar siswa pada tiap sub materi.
3. Data
validatif dari referensi yang digunakan penilaian oleh pendidik.
4. Data
strategi jangka pendek dan jangka panjang untuk sistem pembelajaran setelah
penilaian dilakukan.
5. Data
stabilitas software pembelajaran di dalam sekolah yang digunakan sebagai
penilaian oleh guru.
2.
Analisis penggunaan data penilaian siswa secara online dengan menggunakan e –
learning dalam jasa moodle
1.
Keuntungan
Keuntungan
menggunakan e-learning diantaranya adalah sebagai berikut:
•
menghemat waktu proses belajar mengajar
•
mengurangi biaya perjalanan
•
menghemat biaya pendidikan secara keseluruhan (infrastruktur, peralatan,
buku-buku)
•
menjangkau wilayah geografis yang lebih luas
•
melatih pembelajar lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu pengetahuan
•
memperkenalkan teknologi informasi kepada siswa
2.
Kelebihan
Dalam
bentuk beragam, e-learning menawarkan sejumlah besar keuntungan yang tidak
ternilai untuk pengajar dan pelajar.
·
Pengalaman pribadi
dalam belajar : pilihan untuk mandiri dalam belajar menjadikan siswa untuk
berusaha melangkah maju, memilih sendiri peralatan yang digunakan untuk
penyampaian belajar mengajar, mengumpulkan bahan-bahan sesuai dengan kebutuhan.
·
Mengurangi biaya :
lembaga penyelenggara e-learning dapat mengurangi bahkan menghilangkan biaya
perjalanan untuk pelatihan, menghilangkan biaya pembangunan sebuah kelas dan
mengurangi waktu yang dihabiskan oleh pelajar untuk pergi ke sekolah.
·
Mudah dicapai: pemakai
dapat dengan mudah menggunakan aplikasi e-learning dimanapun juga selama mereka
terhubung ke internet. E-learning dapat dicapai oleh para pemakai dan para
pelajar tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu. Kemampuan bertanggung
jawab : kenaikan tingkat, pengujian, penilaian, dan pengesahan dapat diikuti
secara otomatis sehingga semua peserta (pelajar, pengembang dan pemilik) dapat bertanggung
jawab terhadap kewajiban mereka masing- masing di dalam proses belajar
mengajar.
3.
Kekurangan
Beberapa
kekurangan yang dimiliki oleh pemanfaatan e-learning:
·
Kurangnya interaksi
antara pengajar dan pelajar atau bahkan antar pelajar itu sendiri. Kurangnya
interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar
mengajar.kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan
sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.
·
Proses belajar mengajar
cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan.
·
Berubahnya peran
pengajar dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga
dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ict (information,
communication and technology). Tidak semua tempat tersedia fasilitas
internet ( mungkin hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya listrik,
telepon ataupun komputer).
·
Kurangnya mereka yang
mengetahui dan memiliki keterampilan tentang internet.
·
Kurangnya penguasaan
bahasa komputer.
4. Manfaat
:
Ada
beberapa manfaat pembelajaran elektronik atau e-learning, di antaranya adalah:
·
Pembelajaran dari mana
dan kapan saja (time and place flexibility).
·
Bertambahnya interaksi
pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur (interactivity
enhancement).
·
Menjangkau peserta
didik dalam cakupan yang luas (global audience).
·
Mempermudah
penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as
well as archivable capabilities).
·
3.
Elemen utama dalam data penilaian diri siswa melalui teknologi online/jasa
e-learning dalam moodle
·
Soal-soal : materi
dapat disediakan dalam bentuk modul, adanya soal-soal yang disediakan dan hasil
pengerjaannya dapat ditampilkan. Hasil tersebut dapat dijadikan sebagai tolak
ukur dan pelajar mendapatjan apa yang dibutuhkan.
·
Komunitas : para
pelajar dapat mengembangkan komunitas online untuk memperoleh dukungan dan
berbagi informasi yang saling menguntungkan.
·
Pengajar online : para
pengajar selalu online untuk memberikan arahan kepada para pelajar, menjawab
pertanyaan dan membantu dalam diskusi.
·
Kesempatan bekerja sama
: adanya perangkat lunak yang dapat mengatur pertemuan online sehingga belajar
dapat dilakukan secara bersamaan atau real time tanpa kendala jarak.
·
Multimedia : penggunaan
teknologi audio dan video dalam penyampaian materi sehingga menarik minat dalam
belajar.
4.aspek penting dalam assesment
pembelajaran di sekolah secara online menggunakan media (e-learning)
a) E-learning menciptakan solusi belajar formal dan
informal. Salah satu kesalahan berpikir tentang e-learning adalah e-learning
hanya menciptakan sistem belajar secara formal, seperti dalam bentuk kursus.
Namun faktanya adalah saat ini 80% pembelajaran didapat secara informal. Banyak
orang saat beraktivitas sehari-hari dan menghadapi suatu masalah membutuhkan
solusi secepatnya. Dalam hal ini, e-learning haruslah memiliki karakteristik
berikut:
A. Just in time –
tersedia untuk pengguna ketika mereka membutuhkannya untuk menyelesaikan
tugasnya.
B. On-demand –
tersedia setiap saat.
C. Bite-sized –
tersedia dalam ukuran yang kecil agar dapat digunakan secara cepat.
b) E-learning menyediakan akses ke berbagai macam sumber
pembelajaran baik itu konten ataupun manusia.
Kesalahan lainnya dalam berpikir tentang e-learning
bahwa e-learning hanya membuat konten saja. Sebenarnya e-learning adalah sebuah
aktivitas sosial. E-learning menyediakan pengalaman belajar yang kuat melalui
komunitas online pengguna e-learning. Karena manusia adalah makhluk
sosial, jadi ada banyak kesempatan untuk berkomunikasi, berkolaborasi, dan
berbagi ilmu antara sesama pengguna e-learning.
c) E-learning mendukung sekelompok orang atau grup untuk
belajar bersama. E-learning bukan aktivitas individu saja, tetapi juga
mendukung sekelompok orang atau grup untuk belajar bersama, baik untuk
berkomunikasi, berkolaborasi, berbagi ilmu, dan membentuk sebuah komunitas online
yang dapat dilakukan secara langsung (synchronous) atau tidak
langsung (asynchronous).
d) E-learning membawa pembelajaran kepada pelajar bukan
pelajar ke pembelajaran. Bentuk pembelajaran tradisional bahwa pelajar harus
pergi keluar untuk mencari pembelajaran mereka sendiri. Sedangkan model
e-learning disebut juga pull model of learning .
- Karakteristik data assesment secara online di
sekolah, antara lain adalah :
- Memanfaatkan
jasa teknologi elektronik; di mana guru dan siswa, siswa dan sesama siswa
atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah dengan
tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler.
- Memanfaatkan
keunggulan komputer (digital media dan computer networks).
- Menggunakan
bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di komputer
sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan di mana saja
bila yang bersangkutan memerlukannya.
- Memanfaatkan
jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang
berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di
komputer.
6. Komponen
data pendukung penilaian kognitif siswa secara online
melalui e – learning :
1.
Infrastruktur e-learning: infrastruktur e-learning dapat
berupa personal computer (pc), jaringan komputer, internet dan perlengkapan
multimedia. Termasuk didalamnya peralatan teleconference apabila kita
memberikan layanan synchronous learning melalui teleconference.
2.
Sistem dan aplikasi e-learning: sistem perangkat lunak
yang mem-virtualisasi proses belajar mengajar konvensional. Bagaimana manajemen
kelas, pembuatan materi atau konten, forum diskusi, sistem penilaian (rapor),
sistem ujian online dan segala fitur yang berhubungan dengan manajemen proses
belajar mengajar. Sistem perangkat lunak tersebut sering disebut dengan learning
management system (lms). Lms banyak yang opensource sehingga bisa kita
manfaatkan dengan mudah dan murah untuk dibangun di sekolah dan universitas
kita.
3.
Konten e-learning: konten dan bahan ajar yang ada pada
e-learning system (learning management system). Konten dan bahan ajar
ini bisa dalam bentuk multimedia-based content (konten berbentuk
multimedia interaktif) atau text-based content (konten berbentuk teks
seperti pada buku pelajaran biasa). Biasa disimpan dalam learning management
system (lms) sehingga dapat dijalankan oleh siswa kapanpun dan dimanapun.
Depdiknas cukup aktif bergerak dengan membuat banyak kompetisi pembuatan multimedia pembelajaran. Pustekkom juga
mengembangkan e-dukasi.net
yang mem-free-kan multimedia pembelajaran untuk smp, sma dan smk.
Juga mari kita beri applaus ke pak gatot (biro pkln) yang mulai
memberikan insentif dan beasiswa untuk mahasiswa yang mengambil konsentrasi ke
game technology yang arahnya untuk pendidikan. Ini langkah menarik untuk
mempersiapkan perkembangan e-learning dari sisi konten.
- Teknologi
pendukung data penilaian/assesment secara online melalui e-learning dengan
bantuan moodle
A. Teknologi utama dalam data penilaian
1.
Technology based learning
Technology
based learning ini pada prinsipnya terdiri dari audio information technologies
(radio, audio tape, voice mail telephone) dan video information technologies
(video tape, video text, video messaging). Dimana kesemuanya akan
dikombinasikan untuk membelajarkan siswanya dan mengevaluasi hasil belajar
siswanya.
2.
Technology based web-learning
Teknologi
ini juga sering di pakai pada pendidikan jarak jauh (distance education),
dimasudkan agar komunikasi antara murid dan guru bisa terjadi dengan keunggulan
teknologi e-learning ini. Di antara banyak fasilitas internet, menurut onno w.
Purbo (1997), “ada lima aplikasi standar internet yang dapat digunakan untuk
keperluan pendidikan, yaitu email, mailing list (milis), news group, file
transfer protocol (ftc), dan world wide web (www)”.dimana dengan bantuan hal
tersebut diatas,maka guru dan siswa bisa dapat mengetahui hasil ujian ataupun
ulangan harian secara cepat dan otomatis.
- Masalah-masalah yang sering dihadapi dalam
mengumpulkan data penilaian siswa secara online adalah sebagai berikut:
- Masalah
akses untuk bisa melaksanakan e-learning seperti ketersediaan jaringan
internet, listrik, telepon dan infrastruktur yang lain.
- Masalah
ketersediaan software.
- Masalah
dampaknya terhadap kurikulum yang ada.
- Masalah
skill and knowledge.
- Attitude
terhadap ict
2.5
Solusi alternatif dari
hambatan penerapan online assessement di sekolah – sekolah
Ujian yang berfungsi baik adalah yang
menghasilkan informasi akurat dan dapat dipercaya yang dapat menunjukkan
perbedaan antara siswa yang pandai dan yang tidak. Suatu ujian yang dapat
dijawab dengan mudah atau sebaliknya tidak mampu dijawab sama sekali oleh
seluruh peserta akan sia‐sia
karena hasil yang diperoleh masing‐masing
siswa sama, sehingga guru tidak dapat membedakan antara siswa yang menguasai
materi atau yang tidak paham akan materi yang diujikan. Kualitas suatu ujian
sangat tergantung dari soal‐soal
yang menyusunnya. Kesulitan yang dialami siswa dalam mengerjakan ujian dapat
terjadi karena kekurangpahaman siswa atas materi yang diujikan, namun dapat
juga terjadi karena kesalahan guru dalam menyusun soal sehingga tidak dapat
dipahami oleh siswa. Kondisi kedua inilah yang perlu untuk dihindari, karena
soal yang salah akan memberikan informasi yang salah pula mengenai kemampuan
penguasaan materi siswa, sehingga guru perlu senantiasa memantau keandalan soal
ujian yang telah dibuatnya. Pengukuran keandalan suatu soal dapat dilakukan
dengan menggunakan metode statistik analisis item, dengan metode ini guru
mempunyai dasar untuk melakukan perbaikan soal yang dibuatnya dan dapat
membantu guru untuk menghasilkan soal yang teruji kehandalannya.
Beberapa penelitian telah dilakukan
berkaitan dengan penerapan teknologi informasi dalam suatu ujian dan
pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas pembelajaran, seperti yang dilakukan
dobbs (wielicki,2006), swan (2004), dan avello,dkk (2003). Dobbs dalam
definisinya mengenai situasi online
learning, yang menitikberatkan pada salah satu rintangan utama dalam e‐learning
berkualitas tinggi yaitu adanya kesalahan persepsi bahwa “reading is learning”. Dobbs menyarankan bahwa interaksi yang lebih
baik harus dibangun dalam e‐learning
seperti mekanisme assessment yang
efektif (wielicki,2006).
Swan
(2004) dalam penelitiannya mengenai online
quizzes membuktikan bahwa online
quizzes juga berpengaruh terhadap kebiasaan belajar siswa. Online quizzes yang digunakan memberikan
praktek penyelesaian masalah dan umpan balik detil dengan segera yang dapat
digunakan untuk meningkatkan nilai. Beberapa siswa mengakui bahwa online quizzes telah membantu mereka
untuk bekerja lebih konsisten sepanjang semester.
Avello,
dkk (2003) membuktikan pengaruh antara online
selfassessment terhadap metode pembelajaran siswa dan menyatakan bahwa
penggunaan soal pilihan ganda dapat membangkitkan ingatan siswa, karena
membantu siswa dalam menghubungkan antara pengetahuan sebelumnya dengan
pengetahuan saat ini. Pentingnya suatu assessment
module dalam e‐learning
terlihat dari penelitian yang dilakukan oleh klifartha (2008) yang menunjukkan
ketertarikannya dengan melakukan perancangan ulang aplikasi i‐elisa.
Penelitian hanya menitikberatkan pada assessment
module yang terdapat pada i‐elisa.
Pada penelitiannya, klifartha melakukan studi analisis dari assessment module yang terdapat pada
aplikasi atutor dan moodle untuk diadopsi dan diterapkan pada i‐elisa.
Kekhawatiran adanya kecurangan
dibantah oleh penelitian wielicki (2006) mengenai dampak online assessment pada kemampuan murid. Pada penelitiannya,
wielicki menyatakan bahwa rata‐rata
siswa tidak tertarik untuk melakukan kecurangan dalam ujian yang dilakukan
secara online. Siswa menganggap bahwa
dengan melakukan kecurangan dalam ujian online justru memakan waktu yang cukup
lama. Meskipun demikian, penyajian soal secara acak dapat digunakan sebagai
salah satu alternatif untuk menghindari kecurangan. Ozden, dkk (2004) meneliti
pendapat siswa terhadap pemanfaatan caa (computerassisted
assessment) dan salah satu diantaranya adalah pendapat siswa terhadap
penyajian soal secara acak, yang menyarankan agar soal yang disajikan tetap
berurutan berdasarkan kategori soal, namun masing‐masing soal
dalam kategori yang sama dapat disajikan dalam urutan acak.
Pengukuran kualitas keandalan soal
dapat dilakukan dengan menggunakan metode analisis item. Azwar (2005)
mendefinisikan kriteria untuk mengukur kualitas suatu soal yaitu indeks
kesukaran item dan indeks daya diskriminasi item. Beberapa cara yang dapat
digunakan untuk mengukur diskriminasi item, yaitu dengan menggunakan indeks
diskriminasi item (d), korelasi product‐moment (rix), korelasi
point biserial (rpbis), dan korelasi biserial (rbis)
(azwar, 1997). Varma memilih menggunakan koefisien rpbis dan
nilai p untuk menguji suatu tes (ujian) agar akurat dan dapat dipercaya.
Pada
proses penyelenggaraan ujian, soal disajikan secara acak namun berurutan
berdasarkan tingkat kesukaran soal dari soal dengan tingkat kesukaran rendah
hingga tingkat kesukaran tinggi, dan dalam 1 halaman hanya disajikan 1 soal
agar siswa lebih fokus dalam mengerjakan soal. Soal‐soal yang telah
diujikan akan dievaluasi dengan metode analisis item untuk mengetahui kualitas
keandalan suatu soal. Pada piranti ini, proses analisis item akan dilakukan
setiap kali peserta selesai mengerjakan ujian. Soal dengan hasil analisis item
di bawah standar akan ditandai agar mendapat perhatian dari guru untuk
diperbaiki. Kriteria yang digunakan untuk mengukur kualitas item, meliputi :
a. Indeks
kesukaran item (persamaan 1)
b. Indeks
daya diskriminasi item (persamaan 2).
c. Efektivitas
distraktor, dengan menghitung jumlah siswa yang memilih masing‐masing
alternatif jawaban dan nilai rata‐ratanya.
Aktivitas‐aktivitas yang dapat dilakukan guru difasilitasi
melalui menu administrasi soal dan administrasi ujian. Menu administrasi soal
diperuntukkan bagi guru yang hanya ingin melakukan pengelolaan data soal yang
telah dibuatnya saja tanpa melakukan pengelolaan data ujian. Guru dapat memilih tingkat kesukaran soal
yang akan ditampilkan pada daftar soal ujian yang telah dilaksanakan dapat
langsung dilihat hasil penghitungannya. Penghitungan analisis item sehingga
guru dapat mengetahui kualitas masing‐masing soal yang diujikan. Pada
hasil analisis item, soal‐soal
yang memiliki kualitas baik ditandai, sehingga guru dapat menggunakannya dalam
ujian selanjutnya.
Soal‐soal
yang tidak ditandai menunjukkan bahwa soal tersebut perlu mendapatkan
perhatian dari guru untuk dapat dilakukan perbaikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Nurhariyanti,shinta.2011. Pengembangan Piranti Penyusun soal Ujian Berbasis Web Untuk Mata
Pelajaran Sekolah Menengah Pertama.(online).05 November 2012 (06:48). UGM:
Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar