EVALUASI HASIL BELAJAR
PENGERTIAN DAN SEJARAH
PENERAPAN ONLINE ASSESSMENT
Kelompok 5B1
Anggota :
1.
Siti Masruroh (1010251052)
2. Siska
Anggun PL (1010251058)
3. Ellayunusia
HA (1010251060)
4. Hari
Firman Dani (1010251061)
5. Danar
Nabila P (1010251066)
A.
PENGERTIAN
ONLINE ASSESSMENT
Online assessment
terdiri dari 2 kata. Online dan assessment. Pengertian dari online adalah
penggunaan jaringan internet dalam melakukan suatu kegiatan. Sementara
pengertian dari assesment adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu
program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak,
dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi
berhubungan dengan keputusan nilai (value judgement). Stufflebeam (Abin
Syamsuddin Makmun, 1996). Dari 2 pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan
bahwa online assesment adalah pelaksanaan evaluasi yang menggunakan jaringan
internet sebagai media penyampaian evaluasi.
Terdapat beberapa pakar
yang mengemukakan pengertian dari assesment, diantaranya adalah:
a.
Menurut Robert M
Smith (2002)
“Suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan yang mana hsil keputusannya dapat digunakan untuk layanan pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran.
“Suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan yang mana hsil keputusannya dapat digunakan untuk layanan pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran.
b. Menurut James A. Mc. Lounghlin & Rena B Lewis
“Proses sistematika dalam mengumpulkan data seseorang anak yang berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Berdasarkan informasi tersebut guru akan dapat menyusun program pembelajaran yang bersifat realitas sesuai dengan kenyataan objektif.
“Proses sistematika dalam mengumpulkan data seseorang anak yang berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Berdasarkan informasi tersebut guru akan dapat menyusun program pembelajaran yang bersifat realitas sesuai dengan kenyataan objektif.
c.
Menurut Bomstein dan Kazdin (1985)
- Mengidentifikasi
masalah dan menyeleksi target intervensi
- Memilih
dan mendesain program treatmen
- Mengukur
dampak treatmen yang diberikan secara terus menerus.
- Mengevaluasi hasil-hasil umum
dan ketepatan dari terapi.
d. Menurut Lidz 2003
Proses pengumpulan informasi untuk mendapatkan profil psikologis anak yang meliputi gejala dan intensitasnya, kendala-kendala yang dialami kelebihan dan kelemahannya, serta peran penting yang dibutuhkan anak.
Proses pengumpulan informasi untuk mendapatkan profil psikologis anak yang meliputi gejala dan intensitasnya, kendala-kendala yang dialami kelebihan dan kelemahannya, serta peran penting yang dibutuhkan anak.
e. Menurut Buana
(www.fajar.co.id/news.php). assessment adalah alih-bahasa dari istilah
penilaian. Penilaian digunakan dalam konteks yang lebih sempit daripada
evaluasi dan biasanya dilaksanakan secara internal. Penilaian atau assessment
adalah kegiatan menentukan nilai suatu objek, seperti baik-buruk, efektif-tidak
efektif, berhasil-tidak berhasil, dan semacamnya sesuai dengan kriteria atau
tolak ukur yang telah ditetapkan sebelumnya.
f. Menurut Angelo (1991: 17) Classroom
Assessment is a simple method faculty can use to collect feedback, early and
often, on how well their students are learning what they are being taught.
(Penilaian Kelas adalah suatu metode yang sederhana dapat menggunakan fakultas
(sekolah) untuk mengumpulkan umpan balik, awal dan setelahnya, pada seberapa
baik para siswa mereka belajar apa yang mereka ajarkan.)
g. Menurut Suharsimi yang dikutip oleh
Sridadi(2007) penilaian adalah suatu usaha yang dilakukan dalam pengambilan
keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik-buruk → bersifat kualitatif
h. Menurut Depag yang dikutip Sridadi
(2007) penilaian adalah suatu usaha untuk mengumpulkan berbagai informasi
secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang
telah dicapai oleh siswa melalui kegiatan belajar mengajar yang ditetapkan
sehingga dapat dijadikan dasar untuk menentukan langkah selanjutnya.
i.
Menurut Rusli Lutan (2000:9) assessment termasuk pelaksanaan
tes dan evaluasi. Asessment bertujuan untuk menyediakan informasi yang
selanjutkan digunakan untuk keperluan informasi.
B.
SEJARAH
ONLINE ASSESMENT
E-learning atau pembelajaran elektronik pertama kali
diperkenalkan oleh universitas Illionis di Urbana-Champaign dengan menggunakan
sistem instruksi berbasis komputer (computer-assisted instruktion) dan komputer
bernama PLATO. Sejak saat itu, perkembangan e-learning berkembang sejalan
dengan perkembangan dan kemajuan teknologi. Berikut perkembangan e-learning
dari masa ke masa :
- Tahun
1990 : Era CBT (Computer-Based Training) di mana mulai bermunculan
aplikasi e-learning yang berjalan dalam PC standlone ataupun berbentuk
kemasan CD-ROM. Isi materi dalam bentuk tulisan maupun multimedia (Video
dan Audio) DALAM FORMAT
mov, mpeg-1, atau avi. - Tahun
1994 : Seiring dengan diterimanya CBT oleh masyarakat sejak tahun 1994 CBT
muncul dalam bentuk paket-paket yang lebih menarik dan diproduksi secara
masal.
- Tahun
1997 : LMS (Learning Management System). Seiring dengan perkembangan
teknologi internet, masyarakat di dunia mulai terkoneksi dengan internet.
Kebutuhan akan informasi yang dapat diperoleh dengan cepat mulai dirasakan
sebagai kebutuhan mutlak dan jarak serta lokasi bukanlah halangan lagi.
Dari sinilah muncul LMS. Perkembangan LMS yang makin pesat membuat
pemikiran baru untuk mengatasi masalah interoperability antar LMS yang
satu dengan lainnya secara standar. Bentuk standar yang muncul misalnya
standar yang dikeluarkan oleh AICC (Airline Industry CBT Commettee), IMS,
IEEE LOM, ARIADNE, dsb.
- Tahun
1999 sebagai tahun Aplikasi E-learning berbasis Web. Perkembangan LMS
menuju aplikasi e-learning berbasis Web berkembang secara total, baik
untuk pembelajar (learner) maupun administrasi belajar mengajarnya. LMS
mulai digabungkan dengan situs-situs informasi, majalah dan surat kabar.
Isinya juga semakin kaya dengan perpaduan multimedia, video streaming
serta penampilan interaktif dalam berbagai pilihan format data yang lebih
standar dan berukuran kecil.
Istilah e-Learning 2.0 digunakan untuk merujuk kepada cara pandang
baru terhadap pembelajaran elektronik yang terinspirasi oleh munculnya
teknologi Web 2.0. Sistem konvensional pembelajaran elektronik biasanya
berbasis pada paket pelajaran yang disampaikan kepada siswa dengan menggunakan
teknologi Internet (biasanya melalui LMS). Peran siswa dalam pembelajaran
terdiri dari pembacaan dan mempersiapkan tugas. Kemudian tugas dievaluasi oleh
guru. Sebaliknya, e-learning 2.0 memiliki penekanan pada pembelajaran yang
bersifat sosial dan penggunaan perangkat lunak sosial (social networking)
seperti blog, wiki, podcast dan Second Life. Fenomena ini juga telah disebut
sebagai Long Tail learning.
Melihat perkembangan e-learning dari dari masa ke masa yang terus
berkembang mengikuti perkembangan teknologi, maka dapat disimpulkan bahwa
e-learning akan menjadi sistem pemblajaran masa depan. Alasan efektifitas dan
fleksibilitas akan menjadi alasan utama.
C.
PENERAPAN
ONLINE ASSESMENT TINGKAT INTERNASIONAL, NASIONAL DAN LOKAL
1.
Internasional
Pada dasarnya
di tingkat internasional, online assessment telah mengawali terbukanya system
penilaian secara online. Hal ini nampak pada kegiatan yang dilakukan oleh
universitas Illionis di Urbana-Champaign yang mengawali terbentuknya online
assessment. Dengan demikian penerapan online assessment di tingkat
internasional sudah tidak diragukan lagi.
Program Penilaian Pelajar Internasional (Bahasa Inggris: Program for International Student
Assessment, disingkat PISA) adalah penilaian tingkat dunia yang
diselenggarakan tiga-tahunan, untuk menguji performa akademis anak-anak sekolah
yang berusia 15 tahun, dan penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Organisasi untuk Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi (OECD). Tujuan dari studi PISA adalah untuk menguji dan membandingkan prestasi anak-anak sekolah
di seluruh dunia, dengan maksud untuk meningkatkan metode-metode pendidikan dan
hasil-hasilnya.
Learning Management System (biasa
disingkat LMS) adalah aplikasi perangkat lunak untuk dokumentasi, administrasi,
pelacakan, pelaporan program pelatihan, kelas dan kegiatan ‘’online’’, program pembelajaran elektronik (e-learning program), dan isi pelatihan. Sebuah LMS
yang kuat harus bisa melakukan hal berikut:
§ memusatkan dan mengotomatisasi administrasi
§ menggunakan layanan ‘’self-service’’ dan ‘’self-guided’’
§ mengumpulkan dan menyampaikan konten pembelajaran dengan cepat
§ mengkonsolidasikan inisiatif pelatihan pada platform berbasis ‘’web
scalable’’
§ mendukung portabilitas dan standar
§ personalisasi isi dan memungkinkan penggunaan kembali pengetahuan.
LMS merupakan sistem untuk mengelola catatan pelatihan dan pendidikan,
perangkat lunaknya untuk mendistribusikan program melalui internet dengan fitur
untuk kolaborasi secara ‘’online’’. Dalam pelatihan korporasi, LMS biasanya
digunakan untuk mengotomatisasi pencatatan dan pendaftaran karyawan. Dimensi
untuk belajar sistem manajemen meliputi ‘’Students self-service’’ (misalnya,
registrasi mandiri yang dipimpin instruktur pelatihan), pelatihan alur kerja
(misalnya, pemberitahuan pengguna, persetujuan manajer, daftar tunggu
manajemen), penyediaan pembelajaran ‘’online’’ (misalnya, pelatihan berbasis
komputer, membaca & memahami), penilaian ‘’online’’, manajemen pendidikan
profesional berkelanjutan (CPE), pembelajaran kolaboratif (misalnya, berbagi
aplikasi, diskusi), dan pelatihan manajemen sumber daya (misalnya, instruktur,
fasilitas, peralatan). LMS juga digunakan oleh regulasi industri (misalnya jasa
keuangan dan biopharma) untuk pelatihan kepatuhan. Mereka juga digunakan oleh
institusi pendidikan untuk meningkatkan dan mendukung program pengajaran di
kelas dan menawarkan kursus untuk populasi yang lebih besar yaitu seluruh
dunia. Beberapa penyedia LMS termasuk "sistem manajemen kinerja"
meliputi penilaian karyawan, manajemen kompetensi, analisis keterampilan,
perencanaan suksesi, dan penilaian ‘’multi-rater’’ (misalnya, review 360
derajat). Teknik modern sekarang menggunakan pembelajaran berbasis kompetensi untuk
menemukan kesenjangan belajar dan panduan materi seleksi pelatihan.
2. Nasional
Penggunaan ICT (Information and Communication Technology) disekolah saat ini, tidak dapat dihindari selain
dikarenakan dengan kemajuan jaman yang mengharuskan sekolah untuk berinovasi,
juga dikarenakan tanggung jawab yang besar terhadap masyarakat. Tanggung
jawab itu meliputi, membantu menyiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional yang dapat
menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan
kesenian serta mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi
dan kesenian serta mengupayakan penggunaan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional (Lubis,2004 : 2). Kesemua
tanggung jawab itu tidak akan dapat berjalan dengan lancar bila sekolah menutup
mata dengan penggunaan ICT.
Tapi kondisinya sekolah
sering mendapat sorotan dan kecaman yang tajam dan dicap sebagai tempat yang
membosankan, tak relevan. Sekolah dianggap angkuh, tak menghiraukan kemampuan
siswa dalam belajar (Nasution, 1999:86). Banyak kritik itu dikarenakan oleh
strategi mengajar yang tidak serasi, yang tidak menggunakan alat serta sumber
belajar mengajar secara kreatif. Sekolah terlampau dikuasai oleh metode ceramah
dimana guru sebagai sumber ilmu utama. Kurang optimalnya penggunaan ICT dalam
pembelajaran berdampak proses belajar mengajar kurang menarik, hanya karena
tirani angka-angka memaksa siswa di dalam kelas.
Untuk dapat menghasilkan
lulusan dengan kompetensi terbaik, sekolah perlu melakukan perbaikan yang
kontinu terhadap fasilitas pembelajaran yang dimiliki. Salah satu bentuk
fasilitas pembelajaran yang dapat memberikan kontribusi terhadap kualitas
kemampuan dan keterampilan serta motivasi belajar pada siswa adalah
ketersediaan serta pemanfaatan media pembelajaran. Karena menurut Daryanto
(2005:51), ketersediaan media pembelajaran yang kurang dan tidak memadai akan
menghambat proses belajar dan mengajar yang tentunya akan berimbas motivasi belajar
pun akan berkurang.
Keberadaan sekolah dalam
keseluruhan kehidupan berbangsa dan bernegara, mempunyai peran yang amat besar
yaitu menghasilkan lulusan berkualitas secara intelektual dan profesional,
menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan ikut serta dalam memecahkan
masalah nasional, masyarakat, bangsanya, maupun masalah kemanusiaan
(Soedijarto,2008 : 220)
Sekolah merupakan suatu
lembaga pendidikan yang penting setelah keluarga yang berfungsi membantu
keluarga yang menyerahkan anaknya ke sekolah untuk di didik
(Djumransjah,2006:146), agar menjadi sosok manusia yang berpendidikan, tanpa
melihat latar belakang siswa yang terlibat di dalamnya. Sekolah menjadi suatu
organisasi yang dirancang untuk dapat memberikan kontribusi dalam upaya
peningkatan kualitas hidup masyarakat. Dalam hal ini sekolah harus dapat
dikelola dan diberdayakan agar mampu mewujudkan dan memproses siswa yang pada
akhirnya akan menghasilkan SDM yang berkualitas.
Pandangan masyarakat
tentang sekolah berkualitas, unggulan atau sekolah juara,
sangat bervariatif. Sebagian besar masyarakat, belum banyak mengetahui apa yang
dimaksudkan dengan istilah itu. Umumnya, masyarakat mengartikan sekolah
berkualitas, dengan sekolah yang lulusannya pintar, nilai bagus, indikatornya
banyak dari lulusan sekolah tersebut diterima di perguruan tinggi bergengsi di
negeri ini.
Ciri lainnya, sekolah
berkualitas, unggulan, juara adalah karena banyak peminatnya karena hal ini di
tunjang dengan sebuah media website sekolah.
Artinya, jumlah yang mendaftar di sekolah tersebut jauh lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah yang dapat diterima. Dari pandangan ini, berarti
semakin banyak jumlah lulusan yang diterima di Perguruan Tinggi bergengsi serta
semakin banyak jumlah pendaftar yang ingin masuk ke sekolah itu, maka semakin
menunjukkan tingkat keunggulan sekolah bersangkutan.
Secara pasti, tidak ada
batasan yang definitif tentang sekolah berkualitas, karena konsep itu sifatnya
tentatif, kondisional, terikat oleh waktu dan tempat, sesuai kecenderungan apa
yang tengah menjadi kebutuhan masyarakat, dan tergantung dengan kondisi sekolah
bandingannya.
Karena itu, apa pun
definisi yang dibuat masyarakat tentang sekolah berkualitas,
unggul, juara, adalah
sah-sah saja. Bahkan, dalam batas-batas tertentu perlu dipertimbangkan dan
diakomodasi. Tetapi, bagi para pengelola pendidikan, konsep sekolah berkualitas
ini perlu dirumuskan secara lebih operasional, agar indikator-indikatornya bisa
dilihat bahkan bisa diukur secara jelas.
Secara lebih kontekstual
dan operasional sesuai dengan tantangan dan kebutuhan masyarakat dewasa ini,
sekolah berkualitas bisa diartikan merupakan sekolah yang dapat melahirkan
lulusan yang mandiri, yang dapat membuka lapangan kerja, bukan pencari kerja
yang memberi konstribusi semakin tambahnya jumlah penganggur terdidik dan
terselubung.
Dengan demikian, indikator kualitas dan keunggulannya,
selain dilihat dari seberapa besar dan seberapa banyak kesiapan lulusannya
untuk mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi, juga dapat diukur dengan
semakin banyaknya dari mereka yang hidup mandiri, karena kemampuan
keterampilannya dan kekuatan wawasan kewirausahaannya.
Penilaian
siswa secara online melalui sebuah website
sekolah hanya baru-baru ini secara luas dianut, dan
masih menghadapi perlawanan yang signifikan. Mereka sering dianggap sebagai
kurang dapat diandalkan, lebih mahal, lebih sulit untuk mengelola, dan kurang
efektif daripada pena tradisional dan ujian kertas. Kekhawatiran terbesar dari
penilaian siswa online adalah bahwa mereka hanya tidak efektif. Sementara
penelitian telah menunjukkan hal ini kadang-kadang benar, penyebabnya adalah
tidak sering dialamatkan. Alasan ujian online tidak efektif adalah karena,
dalam banyak kasus, siswa tidak memadai diinstruksikan tentang bagaimana
mempersiapkan untuk online dalam sebuah internet.
Ada
beberapa alasan mengapa penilaian siswa online melalui pembelajaran
E Learning lebih efektif daripada ujian tradisional.
Pertama merangkul teknologi dan hal ini memungkinkan tech-savvy (kecerdasan
berteknologi) khususnya pembelajaran
E Learning hari ini siswa untuk terlibat dalam cara yang
jauh lebih alami dan akrab bagi mereka, menciptakan insentif bagi mereka untuk
menjadi jauh lebih aktif terlibat daripada yang mungkin dengan pena dan kertas.
Pendekatan buka-buku juga tantangan penilaian siswa dengan cara yang baru,
meninggalkan menghafal hanya dalam mendukung pemikiran kritis, aplikasi
praktis, dan keterampilan organisasi. Pendekatan ini jauh lebih dalam
memelihara berpikir analitis, dan mempromosikan pendekatan yang lebih praktis
untuk memecahkan masalah yang lebih mudah diterapkan pada situasi dunia nyata.
Siswa juga jauh lebih bertanggung jawab atas kesuksesan mereka sendiri atau
kegagalan pada tes tersebut, yang membantu untuk mengembangkan lebih
self-tanggung jawab, ketekunan dan etos kerja.
Dewasa
ini pendidikan tes online melalui program pembelajaran
E Learning, yang sedang mempertimbangkan mengejar pendidikan
berkelanjutan memiliki berbagai pilihan ketika datang untuk mendapatkan gelar
atau sertifikat.
Penggunaan
teknologi informasi untuk setiap tes atau ujian kegiatan yang terkait dikenal
sebagai tes online. Strategi semacam ini pengujian dapat digunakan untuk
menguji pengetahuan praktis, keterampilan pribadi antar, kecerdasan,
keterampilan dll logis atas sistem komputer dengan waktu yang fleksibel. Dalam
situasi tertentu, sesi uji diambil secara online secara real time tetapi
transfer data sebelum dan setelah sesi tes ditransfer melalui internet.
Ada
banyak keuntungan dari tes online selama pengujian berbasis kertas tradisional.
Beberapa keuntungan antara lain:
•
Mengurangi biaya jangka panjang
•
Memberikan umpan balik kepada pengguna di tempat seperti nilai atau lulusan
•
Menyediakan fleksibilitas dalam hal timing dan lokasi sebagai dilakukan melalui
internet
•
Mengurangi kemungkinan kesalahan manusia dalam hal membuat kesalahan menandai
sebagai tanda kemampuan mesin jauh lebih dapat diandalkan dan kesalahan kurang
dari kemampuan manusia menandai
• sangat
kurang fisik ruang Relatif diperlukan - jutaan lembar jawaban disimpan pada
disk data pada server yang dibutuhkan ruang kurang fisik dari kertas lembar
jawaban
•
Penggunaan multimedia yang membuat gaya tes yang lebih interaktif seperti
menggunakan flash, video dan gambar membuat pertanyaan-pertanyaan lebih
dimengerti
Ada banyak alat dan situs website
sekolah yang tersedia online untuk membuat tes dan
mempersiapkan satu sebelum menghadapi tes yang sesungguhnya, latihan tes online akan membiarkan
Anda tahu bagaimana menganalisis tes nyata dan mempersiapkan diri untuk itu.
Singkatnya, untuk pengambil tes, mereka memiliki
kebebasan untuk melakukan tes online pada saat pilihan mereka sendiri, berarti
fleksibilitas yang besar, sementara untuk pelatih atau guru, Karena tes online
dinilai secara otomatis memberikan relaksasi dari tanda itu, berarti menghemat
waktu besar, dan untuk organisasi, menghemat baik jumlah uang yang dibelanjakan
pada instruktur untuk menggunakan tes, merancang dan mencetak jutaan kertas
tes, berarti ekonomis.
3.
Lokal
Ibaratnya seperti mata
kuliah kita yang saat ini bernama evaluasi hasil belajar, kita diharapkan untuk
dapat menerapkannya pada mata kuliah ini. Kita mendapat tugas untuk membuat
soal bagi siswa sekolah menengah pertama (SMP) yang kita upload ke asesmen.
Kita diharapkan dapat mengevaluasi nilai dari soal yang mereka kerjakan, jadi
kita dapat memperoleh nilai mereka dengan sangat mudah.
Jadi dapat kita artikan
bahwa asesmen dapat kita terapkan pada dunia pendidikan khususnya pada saat
kita akan mengevaluasi mata pelajaran yang akan kitaujikan pada siswa. Tapi
meskipun kita dapat dengan mudah mengevaluasinya kita tidak dapat dengan mudah
menguploadnya pada asesmen tersebut.
Karena pada dasarnya
masih banyak kendala dalam penerapan asesmen ini, sebab jika kita menerapkannya
pada daerah kota mungkin kita dapat menjalankannya secara lancar, tetapi kita
tidak dapat menjalankannya jika kita berada di daerah yang sedikit agak
terpencil, sebab penerapan asesmen ini memerlukan koneksi internet, sedangkan
di daerah yang agak terpencil sangat kurang koneksi internetnya.
Penerapan asesmen ini
dalam penilaian online lokal sebenernya belum mencapai dari kata sempurna,
masih banyak lagi hal-hal yang perlu di perbaiki lagi dari asesmen ini. Selain
dari kendala internet bisa jadi penilaian online lokal ini juga terkendala dari
arah luar, maksudnya jika aliran listrik mati, bisa jadi nilai anak yang tadi
terhambat, dari masalah nilai, karena pasti akan menghabiskan waktu yang cukup
banyak.
mas ruroh......
BalasHapustulisan mu yang mana eaaa???
hehehe